Dalam pandangan J Sudarminta, pendidikan nilai-nilai kehidupan sebagai bagian integral kegiatan pendidikan pada umumnya adalah upaya sadar dan terencana membantu anak didik mengenal, menyadari, menghargai, dan menghayati nilai-nilai yang seharusnya dijadikan panduan bagi sikap dan perilaku sebagai manusia dalam hidup perorangan dan bermasyarakat. Pendidikan nilai akan membuat anak didik tumbuh menjadi pribadi yang tahu sopan-santun, memiliki cita rasa seni, sastra, dan keindahan pada umumnya, mampu menghargai diri sendiri dan orang lain, bersikap hormat terhadap keluhuran martabat manusia, memiliki cita rasa moral dan rohani.
"Pendidikan nilai-nilai kehidupan tidak dapat berlangsung baik kalau tidak ditunjang keteladanan pendidik dan praksis sosial yang kontinu dan konsisten dari lingkungan sosial," katanya.
Sedangkan Tony Soehartono menyatakan, proses belajar-mengajar harus mencakup tiga ranah pendidikan, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun, konsep pendidikan di Indonesia cenderung mengarah pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik ditempatkan pada peran sekunder.
Dengan melihat kecenderungan itu, Yayasan Pengelola Pendidikan Jaya memberikan mata pelajaran budi pekerti, program pamong, dan program pelatihan motivasi.
"Pendidik secara terus-menerus harus diberi pemahaman bahwa nilai-nilai kehidupan tidak bisa begitu saja diajarkan, tetapi harus disertai keteladanan oleh pendidik itu sendiri,"
Multikulturalisme
Terkait pendidikan nilai, pakar sosiologi-politik Universitas Airlangga Surabaya, Daniel Sparringa menyampaikan pandangan tentang multikulturalisme yang merupakan sebuah formasi sosial yang membukakan jalan bagi dibangunnya ruang-ruang bagi identitas yang beragam, sekaligus jembatan yang menghubungkan ruang-ruang itu untuk sebuah integrasi.
Menurutnya, mempromosikan multikulturalisme merupakan upaya membangun kesadaran tentang pentingnya kelompok-kelompok etnis dan budaya memiliki kemampuan berinteraksi dalam ruang bersama. Untuk itu, diperlukan pendekatan pro-eksistensi yang menggeser pendekatan ko-eksistensi yang selama ini dianggap menjadi dasar multikulturalisme.
"Prinsip pro-eksistensi ditandai tidak saja oleh hadirnya kualitas hidup berdampingan secara damai, tetapi juga kesadaran untuk ikut menjadi bagian dari usaha memecahkan masalah yang dihadapi kelompok lain. Prinsip pro-eksistensi mengundang hadirnya nilai-nilai solidaritas sosial, empati sosial, dan humanisme," kata Daniel. (Adapted from Suara Pembaruan, 20 November 2006)
Secara substansi, pendidikan konsumen berorientasi pada pentingnya seorang konsumen memiliki pengetahuan dan keterampilan mengelola keuangan secara personal, bertindak untuk membuat keputusan membeli yang tepat, dan berpartisipasi sebagai warga masyarakat yang bijaksana. Dalam pendidikan konsumen terkandung nilai-nilai kehidupan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik sebagai konsumen harusnya sejak dini memiliki nilai-nilai kehidupan tersebut agar terhindar dari budaya konsumtif. Budaya konsumtif dikatakan berbahaya karena berekses negatif terhadap lingkungan hidup dan dapat juga meluruhkan hubungan social.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan konsumen, penting dibudayakan secara bertahap dan berkelanjutan untuk menumbuhkembangkan kesadaran konsumen masyarakat menjadi pribadi yang berwatak. Oleh sebab itu, kegiatan pendidikan sebagai proses pembudayaan semestinya sarat akan pendidikan nilai. Terkait dengan itu pembelajaran di sekolah hendaknya mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan melalui materi pelajaran yang disampaikan oleh para guru. Guru perlu mengenal dan menerapkan strategi pembelajaran nilai yang sesuai dengan arti kata value, yaitu a) value identification, b) activity, c) learning aids, d) unit interaction, dan e) evaluation segment. Kelima strategi tersebut dapat diterapkan sesuai dengan situasi dan kondisi peserta didik berdasarkan tahapan pendidikan karakter, sehingga guru dimungkinkan dapat menerapkan strategi tersebut secara kolaboratif. Penerapan pendidikan nilai kehidupan perlu dilakukan secara holistic dan didesain dalam proses pembelajaran yang menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar